loading...

Sehatkah Wanita Berkumis?

loading...
ADALAH sesuatu yang lumrah jika banyak kita lihat wanita berkumis tipis. Namun, apakah wanita yang berkumis tersebut adalah suatu kondisi yang sehat? Sehat di sini bukan berarti tidak sakit, melainkan kondisi dimana seorang (wanita) tersebut tidak mudah terkena penyakit.

Banyak orang sudah mengetahui bahwa wanita yang berkumis ataupun berbulu (tumbuh rambut di tubuh atau anggota gerak) terkait dengan hormon androgen (hormon pria) yang tinggi kadarnya dalam darah. Hormon tersebut menyebabkan tumbuhnya rambut-rambut di badan dengan subur sehingga menyebabkan munculnya karakteristik laki-laki.

Normalnya kadar di wanita lebih rendah daripada pria. Akan tetapi, pada beberapa keadaan menyebabkan kadar hormon androgen pada wanita lebih tinggi. Di antaranya adalah sindrom polikistik ovarium atau policystic ovary syndrom (PCOS) yang paling sering terjadi di masyarakat. Angka kejadiannya diperkirakan mencapai 10% pada wanita dalam spektrum kondisi yang luas -- ada yang ringan sampai berat. Biasanya, wanita seperti itu tidak memiliki keluhan terdapat kumis tipis ataupun bulu di badan, melainkan mereka datang ke dokter dengan keluhan susah memiliki keturunan ataupun jerawat yang banyak di wajah.

PCOS juga ternyata diketahui meningkatkan risiko seorang wanita menderita penyakit metabolik seperti kencing manis dan hiperkolesterol. Kelak, penyakit metabolik ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, stroke dan serangan jantung. Namun yang harus diingat bahwa tidak semua wanita berkumis pasti menderita PCOS.

Seperti Kista

Penyakit ini sebenarnya sudah diketahui sejak 1935 oleh Stein dan Leventhal. Ketika itu mereka mengamati bahwa pada wanita yang mengalami gangguan menstruasi memiliki kedua ovarium yang "berkista" -- artinya secara anatomi memiliki gambaran seperti kista. Walaupun belakangan diketahui bahwa kista itu merupakan folikel atau kantung telur yang berkembang berlebihan jumlahnya. Normalnya, hanya satu folikel saja yang berkembang.

Pengamatan lebih lanjut, diperhatikan bahwa wanita tersebut juga memiliki kecenderungan untuk berkumis. Dari penelitian yang berkelanjutan pun diketahui bahwa folikel yang berkembang tadi menghasilkan hormon androgen yang berlebihan pada wanita tersebut yang pada gilirannya menyebabkan tumbuhnya kumis. Akan tetapi tidak harus ada kumis sebagai manifestasi hormon androgen yang berlebih, bisa saja malah hanya gejala jerawatan yang menonjol. Jerawat juga dapat disebabkan adanya hormon androgen yang berlebihan.

Berdasarkan kriteria terbaru tahun 2003 yang dibuat oleh para dokter ahli dari bidang endokrinologi dan kandungan di Rotterdam, Eropa, telah disepakati suatu konsensus diagnostik untuk penyakit tersebut. Jika dua di antara tiga kriteria terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa wanita itu menderita sindrom polikistik ovarium.

Kriteria itu adalah (1) oligo/anovulasi, secara klinis dapat dilihat jika ada siklus menstruasi yang tidak teratur, (2) hirsutisme, secara klinis dapat diketahui dengan adanya kumis yang timbul, tumbuh bulu di badan, ataupun jerawatan, dan (3) ovarium polikistik, dapat diperiksa dengan menggunakan USG.

Belum Diketahui

Pertanyaannya, apakah harus diobati sindrom itu? Saat ini terapi yang dilakukan pada penderita PCOS masih diarahkan pada gejala yang dikeluhkan pasien. Jika pasien datang dengan keluhan infertilitas, maka tatalaksana yang digunakan adalah dengan menggunakan obat-obatan atau operasi untuk menunjang kehamilan. Dan jika gejala kumis atau bulu yang mengganggu, maka akan diobati dengan suatu obat tertentu.

Pada kenyataannya, sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti penyebabkan sindrom ini. Banyak penelitian yang sedang dilakukan untuk membuka misteri yang terkandung di dalamnya. Ada yang berpendapat bahwa sindrom ini berkaitan dengan genetika alias keturunan.

Lalu, bagaimanakah bagi mereka yang tidak memiliki keluhan sama sekali? Panduan pengobatan sindrom saat ini menyatakan bahwa mereka tidak wajib ke dokter dan tidak perlu obat. Namun, mungkin saja di masa mendatang, dengan penelitian yang mendukung, diperlukan langkah proaktif untuk mencegah penyakit metabolik yang akan timbul di kemudian hari.
loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sehatkah Wanita Berkumis?"