loading...
Apakah Anda punya niat atau mimpi jadi pengusaha sukses? Jangan terlalu lama memimpikannya, segeralah mewujudkannya dengan tekad dan keuletan berusaha.Itulah nasihat dari Pipie Soeyoto, seorang sarjana bidang pertanian yang “banting setir” menekuni pembuatan tas dan delivery service. Siapa sangka usahanya ini akhirnya berkembang pesat dan menghidupi ribuan karyawan.
Begitulah awal mula berdirinya PT Huda Rachma Grupindo (HRG). Huda dan Rachma adalah nama putra dan putri Pipie, yang kemudian dijadikannya nama usaha pembuatan tas skala rumahan pada 1992.
Pada mulanya, Pipie sama sekali tak pernah memikirkan untuk menjadi pengusaha seperti itu. Selepas kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Jawa Tengah, Pipie memilih mencari pekerjaan dengan melamar berbagai perusahaan. Enam bulan lamanya Pipie menanti pekerjaan, tapi semuanya nihil.
Karena bosan menunggu panggilan kerja yang tak kunjung tiba, ia nekat membuka usaha. Untunglah niatnya itu didukung penuh oleh orang-orang terdekat termasuk keluarganya. Dari garasi rumahnya, Pipie kemudian mulai melayani pembuatan tas. Modalnya hanya dua unit mesin jahit, karyawannya pun baru tiga orang.
“Untuk pengembangan usaha rumahan, saya dulu sempat jual mobil (Daihatsu) Espass sekitar pertengahan dekade 90-an. Harganya sekitar 30 juta,” kenang Pipie,
Karena usahanya mulai besar, Pipie mencoba mulai menjajal jenis usaha lain. Ia juga melayani pemasokan tas untuk delivery service. Pipie juga menyanggupi penyediaan tenaga dan motor untuk pengantaran. Tenaga outsource dari perusahaan Pipie itu telah dimanfaatkan oleh sejumlah restoran siap saji di beberapa kota, seperti McDonalds, Solaria, dan Burger King.
“Kami yang pegang mulai dari tas untuk delivery-nya, motornya, dan tenaganya untuk fastfood delivery tersebut,” jelas Pipie, yang kini tinggal di kompleks The Green, salah satu kawasan elite di BSD City, Serpong.
Usaha Pipie itu kini tak hanya melayani area Jakarta. Ia sudah merambah ke Surabaya dan Malang di Jawa Timur, Solo di Jawa Tengah, hingga Daerah Istimewa Yogyakarta. Omzet per bulan dari usahanya pun tidak main-main, bisa mencapai miliaran rupiah!
“Di setiap cabang kami di kota lain, kami sudah punya kantor sendiri. Next project kami di Bali, Bandung, sama daerah lain,” tambah ibu dari tiga anak tersebut. “Sampai sekarang, kami sudah punya seribu tenaga kerja dan berbagai cabang di wilayah lain.”
Pipie juga sempat mencoba bisnis lain. Suatu ketika, ia menjajal peruntungan dengan membangun kafe di rest area tol Jakarta-Cikampek. “Dulu saya sempat buka kafe di rest area tol Cikampek, yang sekarang ada Starbucks itu. Tapi ya gitu, karena itu bukan dunia saya, ya akhirnya berakhir,” kisahnya.
Merasa peruntungannya ada pada pembuatan tas dan delivery service, Pipie enggan melirik bisnis lain. Kini sehari-hari ia sibuk di kantornya yang juga berfungsi sebagai pabrik. Kantor ini baru didirikannya pada 2002 atau sepuluh tahun sejak ia merintis usaha. “Di pabrik ini, semua proses tetap saya awasi, mulai dari pemilihan bahan, pemilihan warna, sampai rekrutmen pegawai, saya urusi,” kata Pipie.
Pada jam kerja, Pipie selalu berada di kantor pada jam kerja. Pipie ikut mengawasi dan mengurusi sendiri semua urusan kantor. “Kecuali kalau lagi adameeting, pasti saya ada di luar,” jelas wanita ayu kelahiran Solo.
Pipie sudah merasakan bagaimana harapan dan mimpinya menjadi pengusaha telah tercapai. Kepada orang lain yang ingin terjun di dunia usaha, Pipie menyarankan agar jangan takut mencoba. “Yang penting jangan takut bermimpi untuk menjadi orang sukses. Dan, yang penting kita harus tetap taat sama Tuhan, agar kita bisa memberikan yang terbaik bagi sesama kita,” pungkasnya.
loading...
0 Response to "Capek Tunggu Panggilan Kerja, Usaha Nekad Pipie Berbuah Miliaran"
Posting Komentar